Hasil gambar untuk sujud

Oleh: Si Pincang
Category TAUHID
21 Rabiul Akhir 1434H
3 March 2013
12:27

Jadi hakekatnya iman adalah amanat, haqiqotul iman adalah ma’rifat :
HADIITSUR NAFSI TABII`UL LIL MA`RIFATI.
  Penerimaannya nafsi akan satunya Alloh setelah Nafsi itu mengetahui langsung akan Alloh “.
Lalu apakah haqiqotul iman yang dibawa di alam alastu birobbikum tersebut masih tetap ada ketika manusia sedang didalam rahim sang ibu ?
Haqiqotul iman itu tidak akan berubah untuk selama-lamanya dan tidak akan keluar dari nafs manusia, tapi langgeng selanggeng Nafs, itulah sebabnya sehingga dalam ayat Alqur-an diterangkan :

WALA-IN SA-ALTAHUM MAN KHOLAQOS SAMAAWAATI WAL ARDLO WASAKHKHOROSY SYAMSA WAL QOMARO LAYAQUULUNNALLOOHU. ( Q.S. Al `Ankabuut / Ayat 61 ).
Artinya : ”      Dan seandainya kamu (Muhammad) bertanya kepada orang-orang kafirin dan musyrikin : “Siapakah yang telah mencip-takan tujuh langit dan tujuh bumi dan siapakah yang telah menundukkan matahari dan bulan ? “.
Maka pastilah mereka menjawab : ” Yang menciptakan tujuh langit dan tujuh bumi serta yang menundukkan matahari dan bulan adalah Alloh “.
Karena yang dimaksud dalam ayat diatas itu tidak bertanya kepada lisannya sebab lisan itu mencla-mencle, tapi bila kamu bertanya kepada hatinya dengan pertanyaan :
Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ? “.
Mesti jawabannya Hati adalah :
LAYAQUULUNNALLOOHU.
(Yang menciptakan langit dan bumi adalah Alloh)
Jadi yang dituju dalam ayat  (WALA-IN SA-ALTAHUM) itu adalah hatinya, bukan lesannya orang-orang kafir, sebab lesannya orang-orang kafir itu hanyalah berdusta yakni lesannya menyatakan tidak percaya kepada Alloh (ini hanya dusta lesannya saja), tapi sebetulnya Nafs mereka tetaplah mengakui percaya kepada Alloh, makanya dalam Alqur-an banyak disebutkan :
INNALLADZIINA KAFARUU WAKADZDZABUU.
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang kafir dan orang-orang yang berdusta “.
Mengapakah lesannya orang kafir itu mendustakan Alloh ?, padahal hatinya tidak.
Karena sebagian dari orang-orang kafir itu memakai alasan bahwa oleh karena tidak pernah bertemu dengan Tuhan maka berarti Tuhan itu tidak ada.
Perlu diketahui ; bahwasannya tidak bertemu itu berbeda dengan tidak ada.
Misalnya :
Ada suatu barang, lalu kita mencari barang tersebut, tapi dalam pencarian itu kita tidak menemukannya, maka bukan berarti barang yang belum ditemukan itu tidak ada, sebab kalau toh tidak ada lalu kenapa kita mencarinya ?
Sebenarnya ada tapi tidak ketemu.
Jadi orang kafir itu hanya berdusta saja.

TIDAK ADA YANG MAMPU MENIMBULKAN IMAN

Apakah haqiqotul imannya orang kafir itu hilang ?
Tidak hilang, tidak akan hilang, kanjeng Nabi dawuh :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU `ALAIHI WASALLAM : KULLU MAULUUDIN YUULADU `ALAL FITHROH.
Artinya : Bersabda Rosululloh S.A.W : ” Tiap-tiap anak yang lahir itu mesti lahir membawa Fithrotul Iman “.
Jadi hakekat iman itu sudah pembawaan. Iman itu bukan timbul dari ajaran seorang guru, Bukan timbul dari dalil Alqur-an, Bukan timbul dari dalil alam.
Sebab iman itu memang sudah pembawaan ANFUS dari alam Arwah sebelum NAFS memakai jasmani, oleh sebab itu begitu lahir langsung membawa Fithrotul iman :
Sedemikian dalamnya masalah iman ini sampai Alloh berfirman dalam surat Al An`am :
WALAU ANNANAA NAZZALNAA ILAIHIMUL MALAAIKATA WAKALLAMAHUMUL MAUTAA WAHASYARNAA `ALAIHIM KULLA SYAI-IN QUBULAN MAA KAANUU LIYU`MINUU (Al An`am / 111).
Artinya : ” Dan seandainya Kami turunkan kepada mereka seluruh malaikat tujuh langit, dan seandainya seluruh orang-orang mati (semua orang mati mulai dari Nabi Adam dibangkitkan hidup lagi) untuk bercakap-cakap dengan mereka, dan seandainya Kami himpunkan kepada mereka tiap-tiap sesuatu dengan berhadapan, niscaya tiadalah mereka akan beriman “.

Jadi marilah kita renungkan :

Seluruh apa yang ada di jagad ini tidak ada yang mampu membawa amanat Alloh.
Yang pertama ditawari adalah langit, lalu bumi, kemudian gunung, semuanya tidak sanggup menerima tawaran itu.
Maka manusia yang tidak ikut ditawari amanat tersebut menyatakan mampu.
Dan setelah Nafs memakai jasmani, maka manusia jadi lupa akan tauhid rububiyyah karena selama beberapa tahun tertutup, tutupnya pun berlapis-lapis.
Oleh sebab itulah maka Alloh memerintahkan Rosul ke dunia ini untuk mengingatkan saja supaya manusia itu tidak jatuh pada musyrik, supaya sesuai dengan tauhidnya.  Jadi Rosul bukan untuk meng-imankan seseorang, tapi hanya mengingatkan saja… Bersambung !!!

Post a Comment