Hawa Nafsu Dan Potensi Akal

Assalamualaikum wr wb.

Sahabat MCR yang budiman, Semoga ALLAH SWT selalu memberi kesehatan kepada anda semua, yakni sehat jasmani dan rohani. Dalam kesempatan ini MCR akan mengulas Hawa Nafsu dan Potensi Akal. Mari kita simak bersama dibawah ini :

HAWA NAFSU DAN POTENSI AKAL

Apabila kekuasaan berada di tangan akal, maka hawa nafsu akan tunduk kepadanya menjadi pelayan dan pengikutnya. Sebaliknya, jika kekuasaan berada di tangan hawa nafsu, maka akal akan menjadi tawanan yang tunduk di bawah kekuasaannya. Sepanjang hidupnya seorang hamba tidak akan dapat membebaskan diri dari hawa nafsunya, karena hawa nafsu merupakan bagian dari dirinya. Karenanya, melepaskan diri darinya secara total merupakan hal yang mustahil. Akan tetapi, sikap yang diperintahkan bagi yang bersangkutan guna menghadapi hawa nafsunya ialah menghindarkannya dari hal-hal yang dapat menjerumuskannya ke dalam lembah kebinasaan, kemudian mengarahkannya pada hal-hal yang aman dan membawa keselamatan.

Sebagai contohnya, bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak memerintahkan kepada seorang hamba untuk memalingkan kalbunya dari menyukai wanita secara total, tetapi Dia memerintahkan kepadanya agar menyalurkan hawa nafsunya dengan menikahi wanita yang disukainya mulai dari satu hingga empat, atau mengawini budak perempuan menurut yang disukainya. Dengan demikian, hawa ini hanya disalurkan dari satu tujuan ke tujuan yang lain, tak ubahnya bagaikan angin yang bertiup ganas pada awal mulanya, kemudian setelah disalurkan sedemikian rupa berubah menjadi angin sepoi-sepoi.

Begitu pula dengan ambisi untuk meraih keberhasilan, kemenangan, dan kekuasaan, Allah tidak memerintahkan kepada seorang hamba untuk memutuskan diri dari ambisi ini, tetapi memerintahkan kepadanya agar menyalurkan ambisinya itu sebagai potensi untuk mengalahkan kebathilan dan para pendukungnya. Dia memerintahkan kepadanya untuk tujuan itu agar melakukan berbagai macam aktivitas penempaan diri melalui perlombaan dan sebagainya agar menjadi terlatih dan beroleh kelayakan untuk meraih kemenangan. Begitu pula halnya dengan ambisi kesombongan, kebanggaan, dan keangkuhan yang memang diperbolehkan, bahkan dianjurkan bila digunakan untuk memerangi musuh-musuh Allah. Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. sendiri melihat Abu Dujanah alias Simak bin Kharasyah al-Anshari berjalan dengan langkah yang angkuh diantara kedua barisan (pasukan kaum muslim dan pasukan musuh), lalu beliau bersabda:

“Sesungguhnya langkah ini benar-benar merupakan cara berjalan yang dimurkai Allah, kecuali di tempat yang semisal ini.”

Rasulullah saw, telah bersabda pula:

Sesungguhnya diantara sikap sombong itu ada yang disukai oleh Allah dan ada pula yang dibenci oleh-Nya. Adapun kesombongan yang disukai oleh Allah ialah langkah yang angkuh dari seseorang dalam kancah peperangan dan sikapnya yang sombong saat bershadaqah.” Hingga akhir hadits. (Dalam Musnad Imam Ahmad 5/445,446 telah disebutkan melalui Jabir bin ‘Atik r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

“Sesungguhnya diantara kecemburuan itu ada yang disukai oleh Allah dan ada pula yang dibenci oleh-Nya; begitu pula halnya dengan keangkuhan, ada yang disukai oleh Allah dan ada pula yang dibenci oleh-Nya. Kecemburuan yang disukai oleh Allah ialah cemburu terhadap hal-hal yang mengandung kecurigaan [yg berdasar], dan kecemburuan yang dimurkai oleh Allah ialah cemburu terhadap hal-hal yang tidak mengandung kecurigaan. Keangkuhan yang disukai oleh Allah ialah sikap angkuh seseorang di medan peperangan dan juga sikap angkuhnya saat bershadaqah; dan keangkuhan yang dibenci oleh Allah ialah sikap angkuh seseorang saat membangga-banggakan dirinya dan sikapnya yang melampaui batas.”

Tidaklah sekali-kali Allah mengharamkan sesuatu atas hamba-hamba-Nya, melainkan Dia memberi ganti buat mereka dengan hal lain yang lebih baik daripadanya. Sebagai contohnya:

Allah telah mengharamkan kepada manusia mengundi nasib dengan anak panah (dadu), maka Allah SWT menggantikannya untuk mereka dengan do’a istikharah.

Allah telah mengharamkan riba kepada mereka, maka Dia menggantikannya bagi mereka dengan perdagangan yang menguntungkan.

Allah telah mengharamkan kepada mereka berjudi, maka Dia menggantikannya untuk mereka dengan mendapatkan harta dr hasil perlombaan balap kuda, unta, dan memanah yang berguna bagi kepentingan agama (jihad).

Allah telah mengharamkan kepada mereka kain sutera, maka Dia menggantikannya bagi mereka dengan berbagai macam pakaian yang mewah, baik yang terbuat dari wol, katun, maupun bahan lainnya.

Allah telah mengharamkan kepada mereka zina dan sodomi, maka Dia menggantikan keduanya bagi mereka dengan pernikahan dan poligami dengan wanita-wanita yang cantik-cantik.

Allah telah mengharamkan kepada mereka minum khamr, maka Dia menggantikannya untuk mereka dengan berbagai macam minuman yang enak lagi berguna bagi kesehatan rohani dan jasmani.

Allah telah mengharamkan kepada mereka mendengar suara musik dan lagu-lagu, maka Dia memberikan gantinya bagi mereka dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.

Allah pun telah mengharamkan kepada mereka beberapa jenis makanan yang buruk-buruk, maka Dia menggantikannya bagi mereka dengan berbagai macam makanan yang baik-baik.

Barang siapa yang memperhatikan hal ini dan merenungkannya, akan menjadi mudahlah baginya untuk meninggalkan keinginan hawa nafsunya yang membinasakan, lalu menggantinya dengan hal yang bermanfaat lagi sangat berguna bagi dirinya. Dia akan mengetahui hikmah kebijaksanaan Allah, rahmat, dan kesempurnaan nikmat-Nya bagi hamba-hamba-Nya dalam semua hal yang diperintahkan-Nya kepada mereka, semua hal yang dilarang-Nya bagi mereka, dan semua hal yang diperbolehkan-Nya bagi mereka, bahwa tidaklah sekali-kali Allah memerintahkan sesuatu yang telah Dia perintahkan kepada mereka semata-mata sebagai kebaikan dan rahmat dari-Nya; dan tidaklah sekali-kali Dia melarang sesuatu yang telah Dia larang terhadap mereka, melainkan semata-mata untuk melindungi dan mengayomi mereka dari hal-hal yang membahayakan diri mereka.

Begitulalah hawa nafsu jika akal sanggup menghalaunya kepada arah yang positif niscaya selamatlah ia dari jurang yang dapat menjerumuskan. semoga bermanfaat.

Akhir kata, beras ditanak menjadi nasi, terimakasih banyak dan sampai jumpa lagi.

Wassalamualaikum wr wb.

Post a Comment